Selasa, 23 Februari 2010

Kota Palu


Daerah Palu merupakan sebuah kota sekaligus ibukota Propinsi Sulawesi Tengah. Palu terletak sekitar 1.650 Km di sebelah Timur laut Jakarta. Penduduknya berjumlah 309.364 jiwa dimana 154.207 jiwa adalah pria dan 155.157 jiwa adalah wanita. Pendidikan masyarakat setempat yang mayoritas lulusan sekolah tingkat atas 30,6 persen, dapat dijadikan ukuran bahwa aktivitas ekonomi di kota ini lebih dominan pada bidang jasa.

Kontribusi sektor jasa-jasa lainnya mencapai 29,41 persen pada pembentukan PDRB atau senilai dengan Rp 603 milyar lebih atas dasar harga konstan 2000. Salah satu bentuk jasa lainnya selain APBD adalah banyaknya koperasi yang beroperasi di kota ini. Jumlah total koperasi di kota ini mencapai 309 unit dan terkonsentrasi di Kecamatan Palu Selatan dan Palu Timur.

Pengembangan bawang merah di Sulawesi Tengah terfokus di Kawasan Lembah Palu, yang mencakup Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi (pemekaran baru dari Kabupaten Donggala). Kawasan Lembah Palu secara geografis merupakan satu kesatuan agro ekosistem lahan kering dangan curah hujan terbatas, dan kesatuan kondisi fisik wilayah. Kawasan ini mempunyai keseragaman kegiatan ekonomi pertanian untuk pengembangan bawang merah, antara lain; budidaya tanaman, kelembagaan dan budaya pertanian, industri kecil pengolahan hasil, rantai pasok dalam pemasaran, pelayanan penyuluhan, dan permodalan.

Secara keseluruhan potensi lahan pengembangan pertanian di Kabupaten Donggala seluas 23.221 Ha (termasuk Kabupaten Sigi) dan Kota Palu seluas 15.964 Ha. Dari areal pertanian tersebut yang cukup potensial untuk pengembangan bawang merah seluas 5.050 Ha, namun areal produksi eksisting baru mencapai 1.386 Ha (tahun 2007). Pada tahun 2007 produksi bawang merah di kawasan ini sebanyak 4.736 ton berasal dari Kota Palu 1.176 ton dan Kabupaten Donggala 3.560 ton. Bawang merah yang dikembangkan merupakan spesifik daerah untuk keperluan bawang goreng, merupakan varietas lokal Palu, Palasa, dan Tinombo, namun varietas yang banyak dikembangkan adalah varietas Palu.

Kontribusi ekonomi kedua berasal dari aktiviatas industri pengolahan dengan kontribusi 13,61 persen dari PDRB. Klasifikasi industri yang beroperasi di Kota Palu adalah industri aneka 608 unit usaha, industri logam, elektronik dan kimia 837 unit usaha dan industri hasil pertanian dan kehutanan 1.063 unit. Industri aneka telah menyerap 2.684 pekerja sedangkan industri logam, elektronik dan kimia menyerap 3.190 pekerja. Adapun industri pengolahan hasil pertanian mampu menyerap 7.455 orang pekerja.

Aktivitas ekonomi terbesar ketiga dari sektor perdagangan hotel dan restoran. Kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB mencapai 13,27 persen. Perdagangan di Kota Palu lebih dominan pada perdagangan antar pulau dan ekspor. Perdagangan ini dilakukan melalui pelabuhan laut Pantolan. Total nilai yang tercipta dari eskpor melalui pelabuhan ini mencapai US $ 168,6 juta sedangkan nilai impor mencapai US $ 5,4 juta. Artinya terjadi surplus perdagangan sebesar US $ 8 juta. Untuk akomodasi penginapan, Kota Palu menyediakan 3 hotel berbintang dan 56 hotel non bintang dan mampu menampung 1.824 tamu dalam semalam.

Ke depan, daerah Palu dan sekitarnya perlu fokus pada pembangunan sektor pertanian. Namun pembangunan pertanian itu harus berorientasi pada pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam secara optimal, sehingga azas pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan merupakan sebuah keniscayaan dalam menerapkan kebijakan pembangunan pertanian.

Pengembangan pertanian, khususnya tanaman dan hortikultura bisa dianggap bermata dua. Disatu sisi akan memberikan manfaat, penghasilan, pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, menyediakan pangan sehat, lapangan kerja, dan mencegah urbanisasi. Tapi pada sisi lain, jika pembangunan pertanian ini tidak dikelola dengan baik dan profesional, tanpa memperhatikan daya dukung sumber daya alam yang ada, bisa merusak kelestarian sumber daya alam, mencemari lingkungan, menimbulkan eksternalitas lingkungan masyarakat, hingga tidak menjamin keberlanjutan pemanfaatan bagi generasi mendatang. Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya alam dan pengelolaan lingkungan yang dilakukan tidak hanya sekedar perlu memperhatikan aspek ekonomis semata, tapi harus dipadu dengan kepentingan ekologis jangka panjang. Mengingat apa yang kita peroleh sekarang, pada dasarnya adalah meminjam warisan generasi yang akan datang.


Sumber :
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kota+Palu

Sumber Gambar:
Fotografer: bayu paracella
Topik: Sudut Kotaku
http://kfk.kompas.com/sfkphotos/2009/05/19/kota-palu-19335

Tidak ada komentar:

Posting Komentar