Selasa, 23 Februari 2010

Kabupaten Poso



Kabupaten Poso merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sulawesi Tengah. Kabupaten Poso dalam beberapa tahun terakhir, sering menjadi liputan berita karena merupakan tempat pertikaian antara umat Kristen dan Muslim. Untungnya sekarang sudah ada rekonsiliasi antar kedua belah pihak dan sudah tidak bergolak lagi. Kabupaten ini meliputi 15 kecamatan dengan total luas wilayah 8715,25 Km2. Jumlah penduduknya mencapai 180.279 jiwa dimana pria 92.798 orang dan wanita 87.481 orang.

Pada mulanya, penduduk Poso berada di bawah kekuasaan pemerintah raja-raja yang terdiri dari Raja Poso, Raja Napu, Raja Mori, Raja Tojo, Raja Una-una, dan Raja Bungku yang satu sama lain tidak ada hubungannya.

Keenam wilayah kerajaan itu dibawah pengaruh tiga kerajaan, yakni : wilayah bagian Selatan tunduk kepada Raja Luwu yang berkedudukan di Palopo, sedangkan wilayah Utara tunduk dibawah pengaruh Raja Sigi yang berkedudukan di Sigi (Kabupaten Donggala), dan khusus wilayah Timur yakni daerah Bungku termasuk daerah kepulauan, tunduk kepada Raja Ternate.

Sejak tahun 1880 Pemerintah Hindia Belanda di Sulawesi Utara menguasai Sulawesi Tengah dan berangsur-angsur berusaha melepaskan pengaruh Raja Luwu dan Raja Sigi di daerah Poso. Pada tahun 1918 seluruh wilayah Sulawesi Tengah dalam lingkungan Kabupaten Poso yang dikuasai Hindia Belanda mulailah membentuk pemerintah sipil. Kemudian oleh Pemerintah Belanda wilayah Poso tahun 1905-1918 terbagi dalam dua kekuasaan, sebagian masuk wilayah Karesidenan Manado, sedangkan kedudukan raja dan wilayah kekuasaanya tetap dipertahankan dengan sebutan Self Bestuure-Gabieden (wilayah kerajaan) berpegang pada peraturan yang dikeluarkan Pemerintah Belanda disebut Self Bestuure atau Peraturan Adat Kerajaan (hukum adat).

Pada 1919 seluruh wilayah Poso digabungkan dialihkan dalam wilayah Keresidenan Manado dimana Sulawesi Tengah terbagi dalam dua wilayah yang disebut Afdeeling, yaitu: Afdeeling Donggala dengan ibukotanya Donggala dan Afdeeling Poso dengan ibukotanya Poso yang dipimpin oleh masing-masing Asisten Residen.

Sejak 2 Desember 1948, Daerah Otonom Sulawesi Tengah terbentuk yang meliputi Afdeeling Donggala dan Afdeeling Poso dengan ibukota Poso, yang terdiri dari tiga wilayah Onder Afdeeling Chef atau lazimnya disebut pada waktu itu Kontroleur atau Hoofd Van PoltselykBestuure (HPB).

Kemudian tahun 1949 setelah pembentukan Daerah Otonom Sulawesi Tengah disusul dengan pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Sulawesi Tengah. Pembentukan Daerah Otonom Sulawesi Tengah merupakan tindak lanjut dari hasil Muktamar Raja-raja se-Sulawesi Tengah tanggal 13-14 Oktober 1948 di Parigi yang mencetuskan suara rakyat Sulawesi Tengah agar dalam lingkungan Pemerintah Negara Indonesia Timur (NIT).

Selanjutnya, dengan melalui beberapa tahapan perjuangan rakyat Sulawesi Tengah melalui Dewan Perwakilan Rakyat Sulawesi Tengah yang dipimpin oleh A.Y Binol pada tahun 1952 dikeluarkan PP No. 33 Tahun 1952 tentang pembentukan Daerah Otonom Sulawesi Tengah yang terdiri dari Onderafdeeling Poso, Luwuk Banggai dan Kolonodale dengan ibukota Poso dan daerah Otonom Donggala meliputi Onderafdeeling Donggala, Palu, Parigi, dan Tolitoli dengan ibukota Palu.

Pada tahun 1959 berdasarkan UU No. 29 Tahun 1959, Daerah Otonom Poso dipecah menjadi dua daerah Kabupaten: Kabupaten Poso dengan ibukota Poso dan Kabupaten Banggai dengan ibukota Luwuk.

Sesuai dengan kondisi sosial budaya dan ekonomi setempat, masyarakat Poso mayoritas lebih suka bertani. Kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan PDRB mencapai 44,92 persen. Jenis pertanian yang digeluti adalah tanaman pangan dan palawija, perkebunan, peternakan, dan hasil hutan.

Hasil produksi sayur di Kabupaten Poso berupa bawang daun 213 ton, bawang merah 1.183 ton, tomat 679,03 ton, kentang 1.050 ton, buncis 1.224 ton, ketimun 162,8 ton, kacang-kacangan 314,76 ton, lombok 1.462,5 ton, terung 588 ton, bayam 64,06 ton, dan kangkung 1.010,68 ton. Sayur-sayuran itu banyak terdapat di Kecamatan Lore Utara kecuali bayam dan kangkung yang banyak berasal dari Poso Kota. Hal ini menunjukkan klastering sayuran di Poso yang paling cocok dikonsentrasikan di Kecamatan Lore Utara.

Untuk klaster buah terutama jeruk dipusatkan di Lore Utara dan Lore Tengah. Total panen jeruk rata-rata per tahun mencapai 1.927 ton sedangkan panen pisang rata-rata 561 ton. Pisang banyak terdapat di Kecamatan Pamona Utara dan Lore Selatan. Lore Selatan juga dikenal sebagai penghasil mangga. Untuk buah lain seperti jambu panen mencapai 299 ton, langsat 192,5 ton, durian 195 ton, pepaya 76 ton, dan alpukat 703 ton. Langsat dan durian banyak terdapat di Lage, sedangkan jambu dan alpukat banyak di Lore Utara.

Untuk ternak, daerah ini merupakan penghasil Sapi, Kerbau, Kuda, Kambing, Babi, Ayam Kampung, Ayam Petelur, Ayam Pedaging dan Itik. Populasi Sapi mencapai 9.950 ekor tersebar di Pamona Timur, Pamona Utara, dan Lore Barat. Sedangkan Kerbau mencapai 2.952 ekor hanya terdapat di Lore Barat, Lore Tengah, dan Lore Utara.

Populasi Kambing relatif sedikit dibandingkan Babi. Populasi Kambing hanya 767 ekor, sedangkan Babi mencapai 48.467 ekor. Babi banyak di Kecamatan Lore Barat, Lage, dan Lore Tengah. Kambing di Poso Kota, Poso Pesisir, dan Poso Utara. Untuk ternak jenis unggas, populasi Ayam Kampung paling banyak mencapai 186.004 ekor, diikuti Ayam Pedaging 15.048 ekor, Itik 6.615 ekor, dan Ayam Petelur 2.491 ekor. Ternak unggas banyak dihasilkan dari Pamona Utara. Ke depan, daerah Poso perlu berkonsentrasi pada sektor pertanian dan sub sektor perkebunan dan peternakan.

Sumber :
http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kabupaten+Poso

Sumber Gambar:
http://riyantoro.files.wordpress.com/2008/08/dsci0497.jpg
http://www.lombokmarine.com/gallery/poso2.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar